Wednesday, June 8, 2016

Boneka Tali Pocong

Photo taken by Teh Dey
Aku baru saja sampai di rumah, pulang dari rafting with my gank di Sungai Palayangan. Lelah, tapi excited. Inginnya sih segera mandi, shalat Magrib dan istirahat. Tapi melihat ada Miranda, sodaranya ibu kos main ke kosan, akunya jadi teringat cerita Dijah beberapa hari lalu. Bahwa Miranda datang untuk 'berobat'.

Bukan penyakit medis sih, karena secara fisik Miranda memang terlihat sehat, hanya saja tulang belulangnya sering ngilu, terutama pada sendi-sendi lutut dan pinggang, sehingga sering susah berdiri kalo sudah duduk. Selain itu, aura wajahnya memang terlihat kusam.


Kalo menurut mataku yang manusia biasa [normal] sih, yaaa, paling karena Miranda sedang banyak persoalan aja, makanya wajahnya terkesan keruh. 

Etapi, menurut bincang-bincang [keluhan] Miranda ke Dijah, yang kemudian dilihat secara mata batin, Miranda 'memiliki' penyakit yang butuh pertolongan. Nah, kalo sudah begini, sebenarnya akunya sih, antara penasaran dan ga yakin. Masak sih, setiap yang dilihat/dideteksi pasti ada 'penyakit'nya? Eh, ga dink, ada dulu, temanku, main ke kosan, bawa teman yang juga 'sakit'. Waktu dideteksi, si teman yang dibawanya itu memang 'sakit' dan Alhamdulillah kini sudah sembuh melalui perantaraan [pengobatan] Dijah. Nah, si teman yang membawa, minta dideteksi juga, dan ternyata 'bersih'. Ga perlu berobat, Teteh mah bersih. Yang penting tetap jaga sikap, tetap santun dan tetap berbuat baik.' Petuah Nenek melalui Dijah.

Back to the topic, sesuai janji, maka malam itu, aku diminta untuk menjadi asisten Nenek dalam mengobati Miranda. Jadi selesai shalat magrib, maka kami pun sudah bersiap sedia. Terlihat Miranda pucat, takut. Wanita di atas 45-an yang masih single ini memang termasuk kategori wanita penakut. Terbayang betapa Miranda nanti akan jadi sasaran empuk ejekan Icha, yang akan menggodanya sebagai tante penakut. Wekeke.

Wanita yang sebenarnya ayu ini, terlihat semakin takut, saat melihat aku hadir membawa pinset dan pisau silet, serta kapas plus handiplast. 'Untuk apa itu, Teh Al?' Bisiknya takut. Saat itu, di hadapannya, Dijah yang sudah duduk di atas sajadah sedang memantaskan diri [memakaikan selendang putih menutupi rambutnya], lalu berzikir, memanggil kehadiran Nenek gaibnya. 

Tak sampai satu kali putaran zikir, Nenek sudah hadir, ditandai dengan getaran tubuh Dijah yang melepaskan rohnya digantikan oleh Nenek yang merasuk ke tubuhnya. Aku menyebut fenomena ini sebagai proses transformasi atau rasuk raga, habis bingung mau menamainya. Kehadiran Nenek ditandai dengan ucapan Assalammualaikum dengan suaranya yang khas, berlogat Melayu kental. 

"Waalaikumsalam, Nek." Kusalami Nenek dengan santun, diikuti oleh Miranda dengan gemetar. Padahal kemarin juga dia sudah 'ketemu' lho sama Nenek, waktu deteksi awal, tapi kok masih takut ajaaa?

'Ulurkan kaki kau.' Perintah Nenek, disambut gelagapan oleh Miranda. Oya, saat itu, Ibu kost juga sudah hadir untuk mendampingi Miranda dalam proses 'operasi' ini. Sengaja aku diminta Nenek memanggilnya barusan, agar ada yang mendampingi [memeluk dan menguatkan] Miranda pada saat pengobatan nanti, karena aku sendiri akan bertindak sebagai asisten Nenek, jadi ga bisa memberi pelukan dan penguatan ke Miranda.

Dan proses itu pun berlangsung. Nenek mengambil botol minyak suluk, membukanya dan mengoleskannya ke telapak kaki kiri Miranda. Mengurutnya, dimulai dari mata kaki hingga seluruh telapak kaki kiri itu. Pijatan yang terlihat lembut itu, tapi bagi Miranda seperti siksaan yang luar biasa. Wanita itu menjerit, istirgfar. Astargfirullah... mengulang-ulangnya, dibantu oleh si ibu kost. 
Semakin nenek memijat kaki itu, semakin Miranda menjerit, kesakitan. Hingga kemudian Nenek juga memintaku untuk memijat turun dari betis Miranda ke mata kakinya. 

"Lagi, Al, urut yang kuat, itu dia, lihat itu, bertahan dia di tumitnya. Lagi, urut yang kuat!" Kukuatkan pijatanku, dan semakin kuat Miranda menjerit, kini malah menangis. 

"Istirgfar kau, Miranda. Mohon bantuan pada Allah, jangan kau menangis. Usir dia. Suruh dia keluar dari tubuhmu!" Perintah Nenek. Aku pun jadi ikut memotivasi dan memancing amarah Miranda, agar mengusir benda itu dari tubuhnya.

"Ayo Mir, suruh dia keluar dari tubuhmu! Dia ga pantas bersemayam di dalam tubuh kamu!" Perintahku diperkuat oleh Ibu kost, membuat Miranda tersadar dari tangisannya, berubah marah pada 'penyakit' yang dikirimkan oleh seseorang itu. 

Bersamaan dengan gerakan tangan Nenek yang menghentakkan tasbih ke betis Miranda, wanita itu pun berteriak marah. "Keluar kau dari tubuhku! Ga pantas kau berada di dalam tubuhku! Ayo keluar kau!" Miranda seakan dikuasai oleh amarah, mengulang kalimat itu dengan nada marah. Dan, benar saja, benda itu terlihat semakin berpindah posisi, didorong oleh Nenek untuk berada di pinggir tengah telapak kaki Miranda. Secepat kilat kulihat Nenek membeset [mengiris] telapak kaki itu dengan silet, secepat itu pula Nenek menekannya dengan kedua tangannya. Kulihat darah hitam mengalir keluar. Tangan kanan Nenek terlihat berusaha menjangkau benda itu dengan pinset. 

"Al, bantu tarik, Nenek yang pencet. Susah kali ini, tak hendak dia keluar. Tuh, lepas lagi dari jepitan Nenek, mau masuk lagi dia. Cepat, Al, cepat!"

Karena sudah pernah beberapa kali membantu proses ini, aku jadi terbiasa dan jauh dari rasa gugup. Kuambil pinset dari tangan Nenek, dan Bismillah. Kurasa benda itu terjepit di dalam pinset, tapi kemudian lepas lagi. Hadeuh. Susah juga barang setan ini dikeluarkan ya? Batinku. 

Miranda dan ibu kost terlihat gugup, tapi kuminta Miranda untuk terus mengulang perintahnya itu, hingga akhirnya, pinsetku benar-benar berhasil menjepit benda itu. Persis seperti kata Nenek, benda yang berhasil kutarik itu adalah sebuah boneka kecil berwarna hitam menyeramkan! Aku bergidik, meletakkannya di atas tissue yang sudah kami siapkan, dan langsung tarik diri menjauh dari benda itu. Refleks. Takut. Belum pernah kusaksikan ada benda yang keluar dari tubuh seseorang seperti boneka ini. Hitam legam, dan berkesan seram. 

Miranda yang sedari tadi tak berani hanya memalingkan wajah, takut melihat kakinya yang berdarah, kini memberanikan diri melihat ke benda yang tergeletak di atas tissue itu. Langsung menjerit. 
"Nenek..., apa itu? Hiiii." 

"Inilah dia yang dikirimkan oleh orang itu ke tubuhmu, ditanamkan sudah lama ini. Sini, kau perhatikan ini.... tadinya berwarna putih, tali pocong ini, tapi karena sudah lama di dalam tubuhmu, dan saking jahatnya, sampai hitam begini. Ini matanya, coba kau perhatikan!" Kata Nenek.

Kami kembali mendekat, memperhatikan benda hitam mengerikan itu. Hiiii, kok ada ya orang sejahat itu? Menyantet orang lain, hanya karena sakit hati, hanya karena iri, hanya karena cinta yang ditolak? Ih. TERLALU!

"Al, kalo mau kau foto, cepat kau foto, mau nenek kunci dia sebelum dia mencoba masuk ke si Miranda lagi. Mir, malam ini juga kau kuburkan benda ini, jangan sampai dia masuk lagi ke tubuhmu. Kuburkan nanti, minta si Dijah temani kau." Perintah Nenek. 

Tentu saja aku bergegas mengambil smartphoneku, dan jeprat jepret mengabadikan benda mengerikan ini sebelum dikubur. Dalam hatiku masih belum habis keheranan, kok tega-teganya ya orang berbuat itu? Dan tali pocong gitu lho! Ga ada yang lain apa? Permata kek! Emas kek! Ini kok ga modal, tali pocong, modal nyuri. Ih! 

Dan hasil jepretanku? Sungguh menggemparkan kami berempat. Aji gile! "Kok malah jadi begini, Nek?" Histeris kutunjukkan foto di samping ini ke Nenek. Itu kok kakinya melangkah seperti hendak pergi? Kuulang sekali lagi, masih sama hasilnya. Tadinya kukira paling efek flash camera, tapi tiga kali jepret menghasilkan hasil yang sama!

'Oh, hendak lari, kau?' Nenek menjentikkan jemarinya di atas tissue it, lalu berkata, "coba kau foto lagi, Al!'

Dan kali ini, foto yang dihasilkan oleh si Oppo tersayang adalah seperti pada gambar pertama di atas. Tuh, yang beralas tissue. Gileeee! 

Lalu, dengan cekatan Nenek membungkus si boneka itu dengan tissue, lalu memasukkannya ke dalam kantong kresek, mengikatnya untuk nanti dikuburkan oleh Miranda dan Dijah. Setelah itu, Nenek membersihkan kaki Miranda, menorehkan betadine cair lalu memasang handiplast menutupi luka besetan tadi, yang ternyata lumayan dalam, karena si boneka ini lumayan besar, juga obokan pinset tadi lumayan dalam untuk menjangkau si boneka. 

Barulah kemudian Nenek pamit, digantikan oleh Dijah yang langsung terlonjak kaget begitu membuka mata, dan kuperlihatkan foto-foto boneka tadi. Kekagetan Dijah, tentu saja membuatku kaget, tadinya kukira dia sudah biasa menyaksikan benda-benda seperti ini, namun ternyata, sudah selama ini dia mengobati orang, belum pernah menemukan benda yang seperti ini. Biasanya berupa jarum, paku, permata, emas, rambut, pecahan kaca, dan sejenisnya, tapi kalo boneka seperti ini belum pernah. Lepas dari rasa kaget itu, karena diburu oleh Nenek agar keduanya segera menguburkan si boneka, maka keduanya pun beranjak, mencari tempat yang lumayan jauh dari rumah untuk menguburkannya. 

Namun, taukah Mantemans apa yang terjadi keesokan harinya? Persis seperti kejadian batu jantan yang sempat disantet ke dalam tubuhku waktu itu. Si boneka kembali keesokan harinya! Aji gile! Masyaallah.... Bikin geger se-kosan! Nantikan lanjutannya pada postingan berikutnya yaaa... :)

Di balik logika, tersembunyi hal-hal yang sulit diterima nalar,
tapi nyata adanya.
Al, somewhere, 18 Oktober 2014

15 comments:

  1. Serem, nggak sakit tuh pas disilet hikss :(

    ReplyDelete
  2. Kejadian ini juga pernah dialami ibu aku mak, kebetulan pengobatannya dilakukan dengan hal yang sama, ya kalo mereka bilang sih operasi gaib tapi jelas adanya, waktu itu yang di bedah pada bagian perutnya, percaya ga percaya perut ibu aku memang kebuka tanpa di bedah sedikit pun. entah apa yang membuat perutnya kebuka, proses pengeluaran benda nya sendiri ga keliatan, soalnya di tutup mangkok, jadi seolah bendanya terhisap, mangkok yang tadinya berisi tisu dan kapas putih berubah menjadi merah darah. waktu itu yang keliatan seperti kayu arang sepanjang telunjuk. yang ngobatin nenek juga tanpa perantara tapi langusng nenek itu mak.

    ReplyDelete
  3. lha kok ya serem banget sih mihhh...
    tali pocong pula >_<

    ReplyDelete
  4. huwaaaa... kok bisa balik lagiii.. serem amaat!! bonekanya bisa lari gitu ya?? hiii merinding

    ReplyDelete
  5. iiih... serem mak, tapi penasaran hehe

    ReplyDelete
  6. hadeuuh... serem... besok malam jumat, untung bacanya siang-siang >_<

    ReplyDelete
  7. Aku kok ngilu pas bagian mbeset telapak kaki, huaaa seremnya tuh di situ :(

    ReplyDelete
  8. adoooghhh setengah nyesel nih bacanya *ehehehe.... ngeri mak :(

    ReplyDelete
  9. ngeri juga... kalau di kost itu pernah hilang motor, ajaibnya, hilang dalam waktu 30 menit, gak ada yang tahu, datengin paranormal mpe banyak juga gak bisa. katanya orang yg maling punya ilmu juga. hadeuhhh... gak habis pikir deh yang jahil2 itu sering banget ngisengin orang kyk gitu. kan kasihan.

    ReplyDelete
  10. Aduhh ini blog isinya horor semua,hahaha takut aku

    ReplyDelete