Monday, August 4, 2014

Para Tokoh

Halo, Mantemans!

Selamat datang kembali di 'Dunia Lain'. :) Sebelum memulai lembaran demi lembaran halaman di rumah maya yang satu ini, yuk kita berkenalan terlebih dahulu dengan para tokoh yang  akan wara wiri di dalam kisah-kisah yang akan tertuang di halaman-halaman ini, ok?

Tokoh paling sering muncul, sudah pasti eikeh donk ah! Haha. Huuuuu, pantang tak top, deh,  Alaika ini yaaa??? Penasaran siapa saya? Gampang, tinggal klik tuh 'It's Me' yang ada pada bar menu di atas, atau langsung aja klik ini. *Molaiiii, GR pisan nyak?
Oke... oke, yuk serius ah!

Dijah

Siapa dia? Bagaimana perkenalanku dengannya? Bisa Mantemans baca secara detail pada postingan petualangan gaib ini deh. Profile singkatnya, Dijah adalah anak sebatang kara yang telah ditinggal pergi ayah bundanya saat dirinya dan saudari kembarnya berusia satu setengah tahun. Alkisah, almarhum ibunya Dijah adalah seorang jin muslim dari negeri bunian, ber-suku Melayu asal Besilam, Sumut, yang menikah dengan seorang manusia [ayahanda Dijah]. Keduanya telah menghadap sang Pencipta saat Dijah berusia satu setengah tahun, karena kecelakaan lalu lintas. Sebenarnya, selaku makhluk berbangsa jin, ibunya Dijah masih hidup setelah tabrakan maut itu, namun karena besarnya rasa cintanya terhadap sang suami, maka rohnya [ibunda Dijah] ikut masuk ke jasad suaminya untuk dikubur bersama. Sang kembaran Dijah sendiri, meninggal dunia saat keduanya berusia sepuluh tahunan. 

Kini, usia Dijah jelang 30 tahun, janda, memiliki tiga orang anak. Anak yang pertama, Samira, seorang Albino, yang karena perlakuan diskriminatif dari almarhum ayah [suami Dijah] dan keluarga sang ayah, membuat Samira akhirnya tak sanggup lagi melanjutkan kehidupan di dunia ini. Menghindarkan aksi bunuh diri, Samira akhirnya dibawa ke alam gaib, oleh Neneknya Dijah, yang adalah seorang jin! Ha? Beneran, Al? Yup, begitulah yang saya tahu. Samira, yang foto saat usia 5 tahunnya pernah saya lihat, hingga kini masih hidup dan berbahagia di 'kampung Nenek'.

Nenek Halimah

Adalah seorang jin muslimah, berusia hampir 198 tahun. Nenek kandung Dijah [ibunda dari mama Dijah]. Berasal dari suku Melayu, asal kampung Besilam, sebuah perkampungan terpencil di tengah hutan sekunder, nun jauh di ujung Tanjung Pura, masuk ke dalam Kecamatan Padang Tualang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.  Secara nyata, kampung Besilam ini merupakan pusat Tarekat Naqsabandi Qadariyah tertua di Indonesia, bahkan dipercaya tertua di Asia Tenggara. Muridnya tersebar di seluruh Nusantara, yang datang untuk mencari jalan menuju Ilahi Rabbi. Disinilah kampung para sufi, yang berzikir siang dan malam dalam memupuk rasa cinta kepada Allah sang Pencipta, dengan gemblengan didikan agama yang taat dalam pengasingan terhadap kehidupan duniawi.

Kaum jin, di perkampungan 'terselubung' di dalam wilayah ini, tentu turut serta di dalam pelaksanaan ibadah menggapai cinta Ilahi Rabbi tersebut, sehingga, bagi orang-orang yang bermata 'mumpuni', sering kita dengar kisah bahwa mereka bisa melihat kehadiran kaum jin di dalam peribadahan yang sedang dilaksanakan. Bukan hanya itu, adalah lazim di daerah ini, masyarakat mendengar suara peralatan dapur yang sedang digunakan untuk memasak, mendengar irama qasidah melayu [sebagaimana lazim digelar pada resepsi pernikahan dan khitanan].

Back to Nenek Halimah, beliau adalah tokoh yang paling sering muncul [merasuk] di dalam tubuh Dijah, di dalam berbagai proses perobatan. Berbahasa dengan logat khas Melayu, baik hati dan tegas.

Atuk Buya

Adalah suami dari Nenek Halimah. Asalnya adalah dari kaum Adam [manusia], yang pada masa kecilnya, dua ratusan tahun lalu, bersama ibunya mengikuti ayahandanya mencari kayu bakar di hutan. Atas rasa penasaran ibunya, untuk mengejar seekor kijang, mereka terpancing untuk masuk dan semakin masuk ke tengah hutan belantara, hingga akhirnya tersesat. Ketiganya hanya berputar-putar di tengah hutan itu, tanpa berhasil menemukan jalan pulang. Hingga akhirnya, Ayahanda Nenek Limah menemukan anak beranak ini, dan membawanya ke 'kampung mereka'. Dan berangsur-angsur bertransformasi menjadi 'bangsa jin' dengan embel-embel 'berumur panjang, tapi tidak akan abadi seperti kaum jin'. Jika kaum jin akan abadi hingga kiamat tiba, maka tidak demikian dengan Atuk Buya dan keluarganya. Sewaktu-waktu, mereka bisa saja menemui ajalnya. Atuk Buya, kini adalah seorang jin yang bertutur sopan dan lemah lembut, tak pernah bersuara keras. Kebalikan dari Nek Limah.

Atuk Harimau

Yang satu ini adalah siluman harimau. Berwajah manusia tetapi berbadan harimau. Konon, atuk Harimau terkena kutukan alam, namun akhlaknya yang baik, akhirnya menjadikannya sebagai penjaga kehormatan dan tata krama kampung Besilam. Tata krama di sini maksudnya adalah, memastikan bahwa tidak boleh terjadi perzinahan dan berbagai etika yang salah di perkampungan Besilam dan sekitarnya. Walau terkesan menakutkan, atuk harimau adalah salah satu tokoh yang aku sayangi selain Nenek, Buya dan Icha.

Atuk jarang sekali merasuki tubuh Dijah, kecuali ada urgent need, misalnya pasien yang ditangani Dijah, hanya bisa diobati oleh sang datuk, barulah beliau berkenan muncul. Namun sejak berkenalan denganku, beliau sering juga muncul, hanya sekedar untuk berdialog denganku. Aih, jadi geer dweh eikeh, walau pada awalnya, ketakutan setengah mati. Hehe.

Icha

Ini adalah tokoh menggemaskan yang paling dekat denganku. Sehari saja tak bertemu denganku, dia akan uring-uringan. Tak peduli di mana pun aku berada, cukup dengan memejamkan mata, kesaktiannya akan menghadirkannya di hadapanku, atau setidaknya di dekatku. Memang aku tak mampu melihatnya, namun hidungku dengan sensitif langsung mem-bau-i kehadirannya. Aroma minyak kayu putih adalah ciri khas kehadirannya.

Ditengarai sebagai anak titipan ibu Peri ke dalam kandungan Kak Mona [putri bungsu Nek Limah], dan lahir melalui rahim Dijah saat Kak Mona merasuki tubuh Dijah [unik banget ya, Sobs? bahkan kerap membuatku tak habis pikir dan mumet jika terus aku telaah]. Saking mumetnya, akhirnya aku menyerah, dan menerima keterangan itu dengan lapang dada saja deh. Mbuh-lah. What ever, I can't identify the truth, dan kayaknya ga rugi juga untuk mempercayainya. So, mari kita percayai aja daripada pusing. Hehe.

Yang pasti, memiliki Icha sebagai anak angkat [tanpa pamrih lho ya], cukup memberi kebahagiaan tersendiri, serta mampu memberi nuansa lain bagiku. Bocah jin yang satu ini, termasuk yang paling cerdas, cepat tanggap dan senang menolong, serta... sakti! :).

Anjeli

Adalah jin imut, adiknya Icha. Berusia dua setengah tahun, namun berpengetahuan yang teramat luas tentang hubungan intim makhluk berlainan jenis! Haaaa? Seriuously? Yes! Kenakalannya luar biasa. Bocah cilik ini, selain gesit, juga degil banget! Suka sekali mengintip orang pacaran, hingga ke orang yang sedang berhubungan intim. Ibunya dan pihak keluarga sudah angkat tangan dalam menasehati dan membimbingnya, namun ini bocah, tetap kembali ke prilaku nakalnya.

Siti

Bocah imut ini adalah putri kandung Dijah. Terlahir dalam keadaan tidak seimut sekarang ini, karena Allah punya rencana lain dalam menguji keimanan ibunya [Dijah]. Lahirlah Siti dalam keadaan kepala besar alias Hydrocephalus, tidak memiliki kedua tempurung lutut, tanpa bibir vagina, dan kedua tangan lunglai seakan tidak bertulang. Dijah yang awalnya sempat frustasi dengan keadaan Siti yang tidak sempurna, akhirnya berhasil disadarkan dan dipancing rasa kasih seorang ibu dari dalam dirinya. Bermodalkan harta benda peninggalan almarhum sang suami, plus hasil kerja kerasnya dalam jasa pengobatan alternatif yang dilakoninya selama ini, dia membawa Siti ke Penang, untuk operasi bagi penyembuhan Siti. Beberapa kali operasi mengalami kegagalan, hingga akhirnya, pada operasi yang ke tujuh, Siti berhasil di'normal'kan, tentu saja oleh tangan ahli para dokter, dan donasi beberapa organ tubuh yang dibutuhkannya. Kini, Dijah kehilangan harta bendanya, berganti dengan putri imut bernama Siti Nurmala Harum Sari.

Itulah sekelumit narasi tentang para tokoh, beberapa tokoh lainnya yang akan muncul, akan diurai pada kesempatan saat yang bersangkutan tampil, ok, Sobs? :D

catatan tentang para tokoh,
Al, Bandung, 29 Juli 2014

20 comments:

  1. membaca ini, saya jadi teringat pengalaman masa lalu yang berkaitan dengan Kampung Bunian di sekitar area Pantai Labu, Kuala Namu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hm, Sumatera memang menyimpan banyak misteri, ya, Yos? :)

      Delete
  2. Halo mak Al... saya baru jln2 kesini dan langsung speechless aj.... beneran ?? ��

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo juga, Mak cantik! Trimakasih sudah mampir, iyaaaaa, saya sendiri masih sering speechless lho, Mak. :)

      Delete
  3. Dulu suka baca tentang Dijah ini di blog yang satu lagi, sekarang udah di bikin blog khusus yah mak.. wah seru nih! Titip salam buat Icha :D kalau keliatan, pasti gemesin deh yah anaknya hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe, iya, biar lebih pas niche-nya, Mba Ranii. Iya, anaknya gemesin banget, kalo bisa lihat bentuk aslinya yang imut, pasti ga tahan deh kita pengen nyubitin pipinya. :D

      Delete
  4. Ini seriusan kayak fiksi mak. Tapi beneran nyata adanya ya. Subhanallah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Unbelievable but true ini, mah! Aku sendiri sering speechless lho, Mak Isti. :D

      Delete
  5. heheh saya terangsang juga nih mak untuk membaui cerita2 dunia lain mak alaika ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo, Mak Kartika, main2 ke halaman lainnya deh. Penuh misteri lho!

      Delete
  6. Hihihi mau nulis Mak keliru masak #salahkan hape

    ReplyDelete
  7. Replies
    1. Anak jinnya makan nasi, Jiah. Minum susu Dancow, dan hobby banget makan pizza. Hehe.

      Delete
  8. Hihihi mau nulis Mak keliru masak #salahkan hape

    ReplyDelete
  9. Wow... Mba Alaika mendapat tanggung jawab yang besar. Semoga Amanah ya Mba...

    ReplyDelete
  10. Sounds familiar mak Al ..dan aku yang besar di Lampung juga ngga heran dengan fenomena inI 😊

    ReplyDelete